Laksamana Malayahati. @ilustrasi
Pasukan ini dibentuk oleh Sultan Muda Ali Riayat Syah V yang memerintah di tahun 1011 hingga 1015 Hijriyah atau pada tahun 1604 hingga 1607 Masehi.
WANITA di masa Kerajaan Aceh berjaya turut menunjukkan kemampuannya dalam bidang kemiliteran. Seperti halnya pasukan pengawalan Istana Darud Dunia. Tugas ini merupakan sebuah kehormatan sekaligus bukti rasa percaya Sultan Aceh kepada kaum hawa.
Pasukan pengawal istana ini disebut dengan Sukey Inong Kaway atau Resimen Wanita Pengawal Istana. Pasukan ini dibentuk oleh Sultan Muda Ali Riayat Syah V yang memerintah di tahun 1011 hingga 1015 Hijriyah atau pada tahun 1604 hingga 1607 Masehi. Pasukan ini terdiri dari wanita baik yang masih perawan maupun perempuan muda yang sudah bersuami.
Sultan Aceh mempercayakan Suket Inong Kaway untuk menjaga dan memelihara tata tertib dalam Istana Darud Dunia. Tugas mereka termasuk masalah keprotokolan dalam istana. Mereka juga diberikan kehormatan menyambut tamu khusus kerajaan.
Berdasarkan catatan M. Yunus Jamil dalam buku Gajah Putih, pasukan ini dipimpin seorang komandan dari Sukey Inong Kaway Istana berpangkat tinggi dan disebut Laksamana Meurah Ganti.
Selain masa Sultan Muda Ali Riayat Syah, di masa Sultan Iskandar Muda terdapat juga pasukan perempuan yang diberi nama Kaum Keumala Cahaya. Pasukan ini lebih besar dibandingkan Sukey Inong Kaway karena dibentuk dalam sebuah divisi. Divisi Keumala Cahaya ini terdiri dari wanita-wanita pilihan, baik dari segi kemampuan maupun penampilannya.
Menurut catatan sejarah, satu batalyon dari Kaum Inong Kaway Istana ditetapkan menjadi Balang Kaway Majeulih (Batalyon Kawal Kehormatan). Pasukan ini dipilih dari dara-dara yang ramping semampai dan berwajah rupawan. Balang (batalyon) inilah yang ditugaskan untuk menyambut tamu-tamu agung dengan barisan kehormatannya.
Merujuk buku karangan Mohammad Said, berjudul Aceh Sepanjang Abad disebutkan kaum Inong Kaway Istana dipimpin oleh seorang perwira tinggi angkatan laut, Laksamana Cut Meurah Inseun.[](bna)