Kecelakaan sebuah pesawat tempur jenis Hawk di Pekanbaru ternyata berbuntut panjang. Berawal dari sikap gegabah seorang oknum TNI AU berpangkat Letkol yang mungkin bisa dibilang agak berlebihan, menendang, membanting bahkan mencekik seorang wartawan yang tengah meliput jatuhnya pesawat tempur tersebut, akhirnya membuat banyak orang tidak simpatik dan melontarkan protes, makian, cercaan melalui berbagai media.
Kelompok wartawan pun langsung menggelar demo memprotes aksi yang dianggap bertentangan dengan apa yang disebut kebebasan pers. Banyak orang mencaci - maki lewat berbagai situs jejaring sosial maupun komentar - komentar menanggapi di media - media online. Hampir semuanya menentang aksi kekerasan tersebut dengan berbagai alasan, meskipun masih ada beberapa yang memaklumi tindakan oknum aparat berbaju biru tersebut. Belum lagi rekaman kejadian yang ditayangkan berulang kali di berbagai stasiun televisi, seakan menunjukkan rasa muak dan marah terhadap aksi tersebut.
Terlepas dari alasan yang melatarbelakangi tindakan tersebut, sebagai warga masyarakat biasa saya mengajak semua pihak untuk berpikir jernih, tidak mudah terbawa emosi dan ikut - ikutan mengecam oknum aparat tersebut, apalagi sampai menganggap semua anggota TNI sama seperti itu atau "digebyah uyah".Saya juga tidak senang dengan apa yang dilakukan oleh oknum aparat tersebut yang terkesan arogan, namun sekali lagi itu hanya ulah segelintir oknum. Bisa jadi mereka dalam kondisi lelah, kepanasan atau bahkan tertekan karena peristiwa jatuhnya pesawat tersebut.
Selain itu, mari kita lihat di sekitar kita, masih banyak prajurit TNI yang baik, peduli dengan masyarakat dan mau memberikan sumbangsih bagi orang banyak. Contohnya, program TMMD (TNI Manunggal Masuk Desa) di berbagai daerah yang bermanfaat bagi masyarakat, bantuan aparat TNI ketika terjadi bencana alam dan berbagai kiprah positif lain hingga penugasan ke luar negeri. Jadi, menurut saya, janganlah karena ulah satu orang, seluruh aparat TNI jadi ikut jelek dan dibenci orang, seperti kata pepatah "nila setitik, rusak susu sebelanga". Padahal masih banyak prajurit TNI yang baik dan merakyat, karena pada intinya TNI berasal dari rakyat dan untuk rakyat.
Kelompok wartawan pun langsung menggelar demo memprotes aksi yang dianggap bertentangan dengan apa yang disebut kebebasan pers. Banyak orang mencaci - maki lewat berbagai situs jejaring sosial maupun komentar - komentar menanggapi di media - media online. Hampir semuanya menentang aksi kekerasan tersebut dengan berbagai alasan, meskipun masih ada beberapa yang memaklumi tindakan oknum aparat berbaju biru tersebut. Belum lagi rekaman kejadian yang ditayangkan berulang kali di berbagai stasiun televisi, seakan menunjukkan rasa muak dan marah terhadap aksi tersebut.
Terlepas dari alasan yang melatarbelakangi tindakan tersebut, sebagai warga masyarakat biasa saya mengajak semua pihak untuk berpikir jernih, tidak mudah terbawa emosi dan ikut - ikutan mengecam oknum aparat tersebut, apalagi sampai menganggap semua anggota TNI sama seperti itu atau "digebyah uyah".Saya juga tidak senang dengan apa yang dilakukan oleh oknum aparat tersebut yang terkesan arogan, namun sekali lagi itu hanya ulah segelintir oknum. Bisa jadi mereka dalam kondisi lelah, kepanasan atau bahkan tertekan karena peristiwa jatuhnya pesawat tersebut.
Selain itu, mari kita lihat di sekitar kita, masih banyak prajurit TNI yang baik, peduli dengan masyarakat dan mau memberikan sumbangsih bagi orang banyak. Contohnya, program TMMD (TNI Manunggal Masuk Desa) di berbagai daerah yang bermanfaat bagi masyarakat, bantuan aparat TNI ketika terjadi bencana alam dan berbagai kiprah positif lain hingga penugasan ke luar negeri. Jadi, menurut saya, janganlah karena ulah satu orang, seluruh aparat TNI jadi ikut jelek dan dibenci orang, seperti kata pepatah "nila setitik, rusak susu sebelanga". Padahal masih banyak prajurit TNI yang baik dan merakyat, karena pada intinya TNI berasal dari rakyat dan untuk rakyat.